Kamis, 30 Juli 2015

CERPEN : SURAT KALENG


Cerita ini mengingatkan ketika masa - masa SMP.... Hope you can enjoy this ;-) happy reading all :-)

 SURAT KALENG

Cinta itu begitu sempurna menawanku dalam ilusi tak bertepi tentangmu. Dan aku merutuki nasibku kini. Membayangkanmu yang tak pernah tahu tentang isi hati ini. Aku menyayangimu. Sangat. Sejak pertama kali aku mengenalmu. Sejak aku tahu itu kamu. Sejak pertama kali, aku tahu namamu. Dan aku tak mampu menghentikan semua rasa sayang itu meskipun aku tahu kamu takpernah peduli tentangku.
Tak pernah ku katakan langsung padamu memang kalau aku menyayangimu, tapi setidaknya ku ingin kamu mengerti tentang perasaan inimelalui setiap gerak tubuhku di depanmu. Tapi lagi dan lagi, tak pernah kamupeduli. Bahkan ketika aku bilang, aku suka kamu dengan terang-terangan, tak sedikitpun kamu membalasnya. Tak ada respon. Atau kamu mengangapku pengecut karena hanya  berani mengatakannya melalui tulisan. Tapi harusnya kamu paham. Aku sudah berusaha keras mengatakansemua itu, walau harusnya bukan aku yang memulai. Karena aku wanita.

“Udahlah bilang aja Mi, kalau kamu emang suka dia,”Rahma menyikutku.Melihat raut wajahku yang salting setiap kali melihatnya dari kejauhan.
“Tapi aku nggak mungkin bilang Ma,”Kataku dengan nada gugup.Tapi mataku tak mampu berkedip melihat sosoknya yang sedang berdiri mengambilsepeda di parkiran.
“Membosankan dech, sampai kapan kamu mau petak umpet nggakjelas begitu,”Rahma manyun sembari menjitak kepalaku.
Aku meringis mengusap kepalaku yang kena jitak Rahma. Tak berkomentar dan tetap menatap sosok Heidy yang siap meluncur dengan sepedanya.
“Heidy mau pulang ya,”Rahma mendadak berteriak memanggilnya.Dia menoleh tersenyum. Aku meleleh. Kakiku seperti tak menginjak bumi. OH MYGOD RAHMA!!!!!! Bodohnya kamu harus meneriaki Pangeranku.
“Iya, kamu belum pulang,”Sahutnya sembari mengayuh sepedanyamenuju kami. Wajahku sudah seperti kepiting rebus mungkin sekarang.
“Belum Dy, sebentar lagi, mau ngerjain PR fisika dulu barengputri cantik ini,”Rahma menjawab nyengir sembari menyenggolku. Aku takmerespon.
“Oh,”Heidy berkomentar pendek. “Ya udah aku balik duluan ya,dagh…”
“Dagh…,”Balas Rahma. Dan lagi-lagi aku sukses menjadi patunghidup.
“Aduh gimana si kamu Mi, padahal itu kan kesempatan… kamutauk nggak Heidy itu kan pintar fisika, harusnya tadi kamu ajak dia ngerjain PRbareng,”Rahma ngomel-ngomel padaku setelah Heidy hilang dari pandangan.
“No way.. aku bakal pingsan kalau dia ikut ngerjain PRbareng kita, ngliat dia aja aku udah berasa nggak nginjek bumi,”Sahutku.
“Ami lebay dech, hmph… nyesel tadi nggak ngajakin Heidy,”Rahma menghembuskan nafas kesal.
“Alhamdulilah Heidy udah pulang,”Senyumku.
“Katanya naksir kok malah alhamdulilah siy?,”Rahma bertanya heran mendengar ucapanku barusan.
“Nggak nahan Rahma liat muka gantengnya,”Ucapku.
“DASAR AMI, AYO NGERJAIN PR,”Dia menarik kepang rambutku.
Aku hanya meringis mengekor langkah Rahma kembali masukkelas.

Hari ini aku datang kepagian. Kelas masih sepi. Aku baru saja meletakkan tas, ketika ku lihat ada seseorang memasuki kelas. Ku kira ituTya, karena biasanya itu adalah dia yang sering datang pagi. Tapi ini …. Heidy.
Aku segera menunduk pura-pura membuka tasku. Salting lagi.Aku selalu saja salting setiap kali melihatnya, meskipun aku bahkan tak bicaraapa-apa.
“Ami, kamu punya lem dan gunting?,”Tiba-tiba dia.. diaberdiri disampingku!!!
Aku mendongakkan kepalaku. Heidy. OH MY GOOD, RAHMA WHERE ARE YOU???
“I.. iya aku punya kok,”Jawabku gugup.
“Boleh pinjam? Untuk tugas kliping, punyaku belum selesai,”Ujarnya.
“O..Okay..,”Jawabku lagi-lagi dengan nada gugup sembari membuka tempat pensilku. “Ini”
“Makasih, pinjam dulu ya,”Dia kembali ke mejanya. Aku langsung terduduk di kursi. Deg-degan dengan yang terjadi barusan.
“Pagi Ami, “10 menit kemudian Rahma nongol.
Aku masih duduk di kursi, membuka buku PR fisika ku, untukmelupakan peristiwa sepuluh menit lalu.
“Kok tumben Ami-ku pagi ini menjadi pendiam dan rajinbelajar,”Tanya Rahma sembari meletakkan tasnya di kursi depan meja Ami.
“Temenin ke toilet yuk Ma,”Aku langsung menarik tangan Rahma. Rahma yang kaget ditarik langsung ngikut begitu saja.
“Tadi Heidy pinjam gunting sama lem Ami buat ngerjainkliping,”Ceritaku begitu sampai di toilet.
GUBRAK. Rahma geleng-geleng kepala, tertawa mendengar cerita polosku. “Terus?”
“Ami kaget banget Rahma, nggak nyangka, mana tadi cuma berdua di kelas doang,”Cerita ku.
“Terus?,”Tanya Rahma lagi.
“Ya Ami kasih pinjem, tapi Ami malu banget, pasti tadi mukaAmi merah banget,”Ceritaku sembari menutupi kedua pipiku yang merah terbayang insiden peminjaman lem dan gunting tadi.
“Terus?”
“Aduh Rahma kalau terus-terus nabrak ntar,”Aku pura-puramanyun pada Rahma.
“Hahaha.. ya udah.. jadi ke toilet nggak? Aku juga belum ngerjain klipingnya nich”
“Udah, Ami Cuma mau cerita tadi doang kok,”Kataku.
“Dasar Ami!!!!!!,” Rahma menarik kepang rambutku.

“Ami, ku pinjem guntingmu dong,”Rahma menoleh ke mejaku (Rahma duduk di kursi depan mejaku).
“Iya sebentar,”Aku membuka tempat pensiilku. Tapi gunting itu tak ada. Aku membuka kantong depantasku, mungkin ku taruh disana.tidak ada. Lalu aku ingat sesuatu. “Oh iya Ma,masih dipinjem sama heidy,”Ujarku.
“Ambil gih, aku mau pinjam dong, klipingku masih belumselesai nich, mana habis istirahat lagi,”Kata Rahma.
“Rahma aja yang ambil, Ami malu,”Jawabku.
“Haduh Ami, ini kan kesempatan .. ayo sana,”Kata Rahma.
“Tapi…”
“Ayo Ami, kamu tega ya sama aku,Ami jahat, katanya kita sahabat,”Rahma pura-pura merajuk.
Aku akhirnya berdiri dengan malas, berjalan gugup menghampiri meja Heidy. Cowok ganteng itu sedang mengobrol dengan Eko temansemejanya.
“Heidy,”Panggilku pelan.
Dia menoleh. “Iya ?”
“Erm.. aku mau ambil gunting, udah selesai belum pakainya?,”Tanyaku pelan sembari menunduk tak berani menatap wajahnya.
“Oh iya, udah Am, sama lemnya, makasih ya,”Dia mengulurkan gunting dan lem yang diambil dari laci mejanya.
“Iya sama-sama,”Balasku gugup sembari berbalik ke mejaku.Disana ku lihat Rahma sedang menahan tawa melihatku. Hmph.. Heidy.. kamu selalu mebuatku salting. Selalu.

“Kamu bilang ajalah Mi, kalau kamu itu suka dia,”Saran yang sama keluar dari mulut Rahma ini untuk entah keberapa kalinya.
“Tapi aku malu Ma, takut Heidy ternyata nggak suka sama akugimana? Masa cewek yang nembak cowok,”Kataku.
“Tapi sampai kapan mau begini Mi, kamu nggak akan pernahtahu kalau dia suka sama kamu atau nggak, “Ujar Rahma.
“Iya siy, Cuma…,”
“Cuma Ami terlalu malu untuk ngomong,”Potong Rahma.
“Ngliat dia aja Ami udah salting apalagi disuruh ngomong,”Ujarku.
Rahma terdiam dan melanjutkan membaca majalah. Aku  lalu sibuk berkutat dengan buku PR-ku. Siang ini, Aku sedang main di rumah Rahma. Mengerjakan PR Fisika. Seperti biasa untuk masalah Fisika, Aku selalu nyerah. Aku selalu saja pusing melihat rumus-rumus dibuku. Dan Rahma selalu berbaik hati meminjamkan buku PR-nya untuk ku contek.
“Aduh.. majalah pinter.. ,“Tiba-tiba Rahma berseru.
Aku  mengangkatwajahnya dari kegiatan menulis. Mengernyitkan dahi melihat Rahma yang sedang tersenyum senang melihat majalahnya.
“Nih Am, ada ide jitu untuk orang yang lagi jatuhcinta,”Kata Rahma sembari menunjuk majalah yang di bacanya.
“Maksudnya?,”Tanyaku.
“Pake surat kaleng Am,”Kata Rahma.
“Surat kaleng?,”Akumengernyitkan dahi. Berdoa dalam hati,semoga otak Rahma tidak kenapa-napa.
“Iya Am,”Rahma berseru dengan semangat. “Itu solusi yang jitu buat kasus kamu”
“Surat yang dimasukin di kaleng gitu? trus apa hubungannya denga norang jatuh cinta?,”Tanyaku bego.
“Surat kaleng itu cuma istilah Ami, surat kaleng itu artinya surat yang dikirim tapi tanpa identitas yang jelas gitu,”Jelas Rahma.
Aku mengangguk-angguk saja mendengar penjelasan Rahma.
“Ami kirim surat kaleng aja buat Heidy, bilang kalu kamu suka Heidy, nanti kita lihat respon dia gimana,”Kata Rahma tersenyum senang.
“HAH?????,”Aku melongo memdengar sarannya. “NGGAK AH, MALU,”Tolakku mentah –mentah.
“Nggak apa-apa Am, ayo kita bikin, besok kita kasih,”UjarRahma bersemangat, mengabaikan protesku barusan.
Rahma langsung masuk ke kamarnya dan tak lama keluar dengan Binder berisi kertas warna-warninya.
“Ayo kita tulis Am,”Ajaknya. “Kira-kira isinya gimana ya?”
“Terserah Rahma ah, lagian siapa yang mau ngasih surat itu? Trus gimana ngasihnya? Trus kalo surat itu tanpa identitas yang jelas nanti gimana Heidy balasnya?,” Aku memberondongnya dengan pertanyaan.
“Rahma yang bakal ngasih, masukin di tasnya pas jam istirahat, trus bilang kalau dia mau tahu ini siapa, kita ketemu di taman pashari Sabtu sehabis pramuka., “Senyum Rahma.
“Trus Rahma yang ketemuan ma Heidy dunk,”Ucapku.
“Ya nggak lah, kamu lah Am, nanti kalau ketemu langsung,kamu bilang kalu kamu suka dia, jangan ditunda-tunda Am, sudah ayo kitabuat,”Rahma mulai mencoret-coret kertasnya. Mencari kalimat yang tepat.
“Kamu yang tulis ya Am, tulisanmu kan bagus,”Kata Rahma.
“Nggak ah, tulisan Rahma aja, Ami mau ngerjain PR keburu sorentar ,”Aku cuek dan kembali berkutat dengan PR-ku. Aduh Sahabatku ini ada-ada aja.

I really loveyou, Heidy. You know, I was fallin love with you since we meet at first sight.If you want to know about me, you can go to City Park at Saturday,  5 p.m
From ,
SecretAdmirer
Aku mengernyitkan dahi membaca suratkaleng made by Rahma.
“Gimana ? Bagus kan?,”Tanya Rahma tersenyum puas sembari menutup spidolnya.
“Pake bahasa inggris segala siy Am, kalau salah grammar malukita,”Ujarku.
“Kan biar keren Am,”Kata Rahma.
“Terserah Rahma dech,”Ujarku mengembalikan surat itu pada Rahma.“Aku mau pulang ya”
“Hm.. Ami kok nggak semangat gitu siy, padahal Rahma kan berjuang demi Ami,”Kata Rahma.
“Iya Rahma, tapi Ami malu, nggak kebayang ekspresi wajah Heidy saat baca surat itu, terus kalau dia tahu kita yang bikin Heidy bakal gimana?Sekarang aja Heidy cuek banget sama Ami, pasti dia bakal tambah cuek banget samaAmi kalau nanti dia tahu surat itu Ami yang buat, dan Ami yang suka sama dia,”Ucapku panjang lebar.
“Ami tenag aja, serahkan pada Rahma, “Senyum Rahma mantap.

Sesosok gadis berjilbab biru muda mengendap-ngendap ketika jamistirahat. Matanya melirik kanan kiri penuh waspada keadaan sekelilingnya. H2Csemoga tak ada yang melihat aksinya. Dia segera melesat bagaikan tikus pencuri keju ketika memastikan keadaan aman. Tas hitam di meja no 2 dari belakang itu sasarannya. Sreettt.. pelan dia membuka tas itu dan HAP, amplop biru muda itumasuk ke dalam tas itu dan secepat tikus lagi dia keluar dari ruangan.
“Gimana Ma, sukses?,”Tanyaku.
“SUSKES,”Rahma mengacungkan kedua jempolnya. “Yuk ke kantinsekarang Ami traktir Rahma sebagai keberhasilan misi kita,”Rahma menarik tanganku.
Aku mengernyitkan dahi, Rahma aneh-aneh aja. Dan traktir??? Permensatu aja y a, Ma…. :-p

Heidy tampak heran begitu melihat amplop biru di dalam tasnya.Apaan nich, tanyanya dalam hati.
“Surat cinta Dy?,”Ku dengar Eko temannya menggoda, hendak merebut surat itu. Heidy segera memasukkanya kembali ke dalam tas.
“Bukan, itu amplop kakakku, kayaknya tadi kebawa,”Jawab Heidypelan.
“Oh.. kirain Heidy dapet surat cinta, dari Tami,”Tawa Eko.
Aku yang mendengar percakapan itu merasakan mukaku memerah. Tami,aduhh.. itu kan teman sekelasku juga. Si cewek jutek yang selalu membuatkukesal. Masa aku saingan sama dia siy. Tapi sekarang apa yang ada di pikiranHeidy ya nanti begitu membaca surat itu. Aku deg-deg-an setengah mati. Kulihat Rahma sedang sibuk menghafal sejarah di meja depanku. Mulutnya komat-kamit menghafal, ku urungkan niatku untuk curhat apa yang barusan ku dengar.

Hari ini hari Sabtu. Sudah 2 hari Heidy tak masuk karena sakit.Aku lupa kalau hari ini Rahma mengajakku ke taman kota untuk mencari jawaban cintaku. Makanya aku kaget ketika dia mencegatku di parkiran sepeda seusailatihan pramuka.
“Kan Heidy udah 2 hari nggak masuk Ma, dia masih sakit, jadi ngga kmungkin datang,”Ujarku.
“Ya, ikhtiar dulu Ami, dateng nggak dateng yang  penting ke sana dulu, siapa tauk ini hari yang tepat untuk menemukan jawaban cintamu,”Kata Rahma semangat 45.
“Trus kalo dia dateng mau ngomong apa?,”Kataku. Nggak kebayang kalo ngliat muka Heidy di depanku trus aku suruh bilang,”Heidy, aku suka samakamu” OH MY GOD!!!!!
“Itu urusan nanti, pokoknya kita kesana dulu,”Kata Rahma
 “Tapi… ,”Aku berkata ragu.
“Rahma kan sudah berjuang jiwa dan raga menaruh surat itu,mempertaruhkan harga diri Rahma, dan sekarang Ami yang Rahma perjuangin malahbegini, Rahma kecewa,”Suara Rahma terdengar sedih. “Ya udah kita pulang, tapi besok-besok Rahma nggak mau dengar Ami ngomongin  Heidy lagi”
Aku menatap punggung Rahma yang menjauh menuju sepeda mini merahnya yang terpakir 2 meter dariku. Sedih juga melihat Rahma sahabatku yangsuper semangat itu loyo.
“Rahmaaa,”Aku berteriak memanggil namanya.
Dia tak menoleh dan siap mengayuh sepedanya. Pulang.
“Ayo ke Taman,”Ucapku.
Wajah itu bersinar, “Sungguh?”
“Ayoo…,” Ucapku.
Apa yang akan terjadi, tanyaku dalam hati sembari mengayuh sepedabersama Rahma menuju taman kota.

Sebentar lagi Adzan Maghrib akan berkumandang. Sudah setengah jam duduk mengobrol diatas sepeda yang terpakir menunggu sang Pangeran. Tapi takada hasil. Heidy tak muncul.
“Tuh kan Heidy nggak datang,”Ujarku lega.
“Yah,..,”Suara Rahma terdengar kecewa. “Nggak seru nich”
“Pulang ya Ma, udah mau maghrib nich,”Ajakku.
“Bentar lagi dech,” Kata Rahma.
“Haduhh.. Heidynya lagi sakit jadi nggak bakal dateng, lagian kita juga janjiannya nggak jelas di taman sebelah mana..,”Ujarku.
“Tapi emang Heidy nggak nongol, Rahma udah muterin nich taman tadisekalian beli Es, dan Heidy emang nggak ada, nggak ketemu, nggak ngeliat,”Kata Rahma bercerita dengan kecewa karena misinya gagal.
“Ya udahlah Rahma kapan-kapan aja, alhamdulilah juga kan Heidy nggak datang, Ami kan bingung kalau dia nongol mau bilang apa,”Ujarku.
“Ya udah yuk pulang, besok Rahma bikin surat kaleng part IIdech,”Ujar Rahma mencoba optimis lagi.
Aku hanya mengendikkan bahu, “Terserah Rahma”

Ketika kami berbalik pergi, ada sebuah senyum disana. Dia sudah disana sejak tadi mendengarkan apa yang aku dan Rahma obrolkan. Itu Heidy. Dan aku tidak tahu, apa yang sedang ada di benaknya sekarang. Dan aku masih haru smenunggu jawaban apakah dia menyukaiku atau tidak???

--- END---




Tidak ada komentar:

Posting Komentar